Wednesday, August 22, 2012

Bahaya Anestesi Bagi Anak


ilustrasi (dok)
Balita yang mendapatkan anestesi atau pembiusan untuk operasi beresiko mengalami gangguan kemampuan berkomunikasi. Dalam penelitian, gangguan tersebut baru akan tampak di usia 10 tahun. Akan tetapi, belum bisa dipastikan apakah penyebabnya adalah prosedur anestesi atau yang lainnya.


Anestesi/pembiusan biasanya dilakukan untuk terapi pengobatan hernia, sunat, operasi amandel, serta pengobatan telinga bagian dalam.

Dalam penelitian menyebutkan bahwa bahaya anestesi menggunakan data 2.600 anak yang lahir di Australia antara tahun 1989 dan 1992. Dari jumlah tersebut, 321 anak mendapatkan anestesi setidaknya satu kali sebelum mereka berusia tiga tahun.

Anak-anak yang mendapat anestesi dua kali, menunjukkan gejala kesulitan berbahasa dan sekitar 70% memiliki masalah dalam penalaran dibandingkan dengan kelompok non-anestesi. Para peneliti mengelompokkan "kesulitan berbahasa" sebagai di bawah standar nilai.

Pada bayi hewan yang diteliti menunjukkan anestesi bisa menyebabkan kematian sel-sel otak dan memengaruhi formasi sirkuit yang memungkinkan saraf-saraf saling berkomunikasi. Tetapi, belum jelas apakah hal yang sama juga terjadi pada otak anak-anak.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti mengatakan secara umum perbedaan dalam kemampuan berbahasa dan nalar antara kedua kelompok tidak terlalu terlihat. Tetapi beberapa penelitian pernah menemukan kaitan antara anestesi pada usia anak-anak dengan gangguan perilaku lainnya seperti hiperaktif.

"Hasil riset menyebutkan bahwa anak tetap perlu dioperasi jika memang diperlukan. Namun anestesi berulang kali bisa meningkatkan risiko dalam jangka panjang".

Share this article :

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...