Friday, August 17, 2012

Awas Over Dosis Parasetamol!


Dipandang dari segi penelitian mengutarakan, bahwa berjuta - juta orang di dunia ini kemungkinan berada pada resiko kelebihan dosis parasetamol.
Terbiasa menggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran, tak jarang hanya akan menimbulkan resiko overdosis, tapi bisa  juga menyerang atau merusakan organ - organ vital lainnya misalnya hati.

Seperti yang diutarakan oleh ahli dari Northwestern University di Chicago AS mengatakan, kurang lebih 25 % orang dewasa salah dalam mengonsumsi parasetamol. Banyak di antaranya malah meminum obat ini melebihi dosis yang dianjurkan dalam kurun waktu 24 jam.

Si pemakai tak jarang selalu menghiraukan instruksi dosis atau tata cara dalam penggunaan, terutama bagi lansia yang sering lupa atau tidak ingat, berapa tablet yang sudah mereka minum. Banyak pula pasien yang tidak menyadari jika mereka sedang dalam perawatan menggunakan obat lain yang didalamnya terkandung acetaminophen, atau bahan aktif Parasetamol.

Anjuran dari dokter untuk dosis maksimal parasetamol biasanya 8 tablet 500 mg dalam satu harinya. Maksimal hanya d2 tablet saja untuk sekali konsumsi dalam setiap 4 jam. Bila melebihi batas yang telah ditentukan, salah satu konsekuensinya mengalami overdosis yang menyebabkan kerusakan jaringan liver serta penumpukan cairan di otak yang berisiko sangat fatal nantinya.


Para peneliti menguji sejauh mana pemahaman yang dimiliki pasien mengenai dosis dan kemampuan mengkonsumsi obat acetaminophen secara benar. Hasilnya terbilang sangat mengejutkan. Lebih dari seperempat pasien berada dalam resiko overdosis karena mengkonsumsi obat pereda sakit melebihi ambang batas maksimal 4 gram dalam 24 jam. Selain itu, ada 5 % pasien yang membuat kesalahan sangat fatal karena menenggak obat lebih dari 6 gram dalam 24 jam. Sedangkan hampir 50 % pasien beresiko overdosis karena melakukan "double-dipping" atau menenggak dua jenis obat yang didalamnya mengandung acetaminophen.

"Dalam beberapa hal mengindikasikan banyak pengguna yang tidak mengenal atau bisa membedakan bahan aktif yang terkandung didalam obat pereda sakit yang dijual bebas dipasaran, mereka juga tidak membaca  dengan cermat instruksi pada label kemasan obat yang terkandung," kata Wolf.

"Dengan adanya prevalensi, resiko signifikan dari efek samping, dan kurangnya pemahaman, seorang dokter seharusnya memberi arahan dalam pengambilan keputusan serta menganjurkan pasien tentang bagaimana penggunaan obat secara benar dan memaksimalkan supaya tidak terjadi overdosis," imbuhnya.
Share this article :

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...